PART 14.
“Permisi..” Aku membuka mataku dengan cepat saat seorang suster masuk ke
ruangan kami.
“Ini obat
terakhir anda malam ini tuan. Selamat beristirahat.” Suster tersebut segera
keluar dari ruangan. Aku dan Ji Young mengalami situasi yang canggung sekarang.
Kami tidak berbicara dalam waktu yang cukup lama.
“Aku
pulang.” Kataku sambil bergegas keluar dari ruangan sebelum suasana menjadi
lebih canggung.
****
Hari ini
Ji Young keluar dari Rumah Sakit. Aku sengaja tidak ke Rumah Sakit. Ya, aku
masih tidak percaya apa yang kami lakukan kemarin. Aku malu jika bertemu
dengannya.
“Ne, maaf
aku tidak bisa menemanimu.tapi kita akan bertemu besok kan? Hmm.. anyeong.” Bom
unnie mengakhiri pembicaraannya di telepon.
“Unnie,
ceritakan tentang namja chingumu padaku.”
“Hah??
Ahh.. dia belum menjadi namja chinguku Chae. Tapi aku berharap seperti itu.”
Baru kali ini aku melihat Bom unnie seperti ini.
“Hmm..
Unnie, aku ingin bertanya..”
“Tanya apa
Chae?” Bom unnie menatapku.
“Unnie..
apakah laki-laki yang menelponmu itu adalah Ji..”
“Unnie!!!!
Ayoo cepat! Kita bisa terlambat untuk latihan!” Sial! Minzy berteriak dan
memotong pembicaraanku dengan Bom unnie.
“Kita
lanjutkan nanti saja yah Chae. Ayo kita kesana.” Bom unnie menarik tanganku.
****
Malam ini
aku keluar sendiri membeli jajanan malam disekitar tempat tinggal kami. Aku
benar-benar lapar.
Piiiit!
Piiiiiiiit!!
Aku mendengar suara klakson mobil yang terus
berbunyi di belakangku.
“Chaelin-ssi! Ayo masuk.” Aku melihat Young Bae oppa yang berada di
dalam mobil.
“Aah. Ye
oppa.”
Mobil
Young Bae oppa lalu melaju dengan cepat dan berhenti di sebuah restaurant yang
terbilang mewah.
“Ayo masuk
Chaelin-ssi.” Young Bae oppa mempersilahkanku masuk terlebih dahulu.
“Bagaimana? Kau suka tempatnya kan?”
“Yah..
sangat nyaman.” Tempat ini memang sangat nyaman. Tadinya aku hanya niat mencari
jajanan malam, tapi ternyata di ajak Young Bae oppa kesini.
“Chaelin-ssi, ini untukmu.” Young Bae oppa mengeluarkan seikat bunga
mawar merah dan memberikannya padaku. Pipiku seketika menjadi merona. Aku tidak
percaya bahwa pria idamanku ini sangat romantis!
“Gomawo
oppa. Wahh indah sekali bunganya.” Aku dapat mencium aroma mawar yang khas.
“Aku
senang kau menyukainya. Hmm.. Chaelin-ssi??” Young Bae oppa memanggilku. Apa
yang akan dia katakan lagi?
“Ye oppa?”
“Aku
menyukaimu.”
……
“Awalnya
aku pikir, aku tidak akan menyukaimu, tapi… aku salah. Semakin hari aku semakin
menyukaimu. Maukah kau menjadi kekasihku?”
…….
“Chaelin-ssi? Jawablah aku.”
Aku masih
tidak percaya pada apa yang aku dengar barusan. Young Bae oppa menyukaiku?!
Jinjja?! Jeongmal?! Aku tidak bermimpi?!
“Aku…
aku..” aku ingin sekali berkata bahwa aku juga menyukainya! Tapi kemudian aku
berpikir. Jika aku menerimanya sekarang, maka kita akan berkencan, para fans
Young Bae oppa pasti akan mengetahui kabar ini dan akan membuat berita yang
aneh-aneh tentang kami. Apalagi, aku sudah dikenal pers sebagai member dari
girlband baru yang akan segera debut. Aku tidak ingin membuat skandal apapun di
saat ini.
“Oppa..
aku juga menyukaimu. Tapi…”
“Tapi apa
Chaelin-ssi?” Young Bae oppa menatapku dengan tatapan itu lagi! Tatapan yang
membuat aku tidak bisa mengelak pada kenyataan bahwa aku menyukainya.
“Tapi aku
tidak ingin menyusahkan dirimu, karirmu dan juga sebaliknya pada diriku.
Bisakah kau memberiku sedikit waktu lagi? Aku akan menjawabnya jika aku sudah
siap.” Kulihat wajah Young Bae oppa sedikit kecewa dengan pernyataanku.
“Hmmm..
baiklah Chaelin-ssi. Aku akan menunggu jawabanmu. Setidaknya aku sudah tahu
bahwa kau juga menyukaiku.” Young Bae oppa tersenyum padaku. Kami menghabiskan
makan malam kami dengan bahagia, meskipun aku belum membalas perasaan Young Bae
oppa.
****
WELCOME
BACK KWON JI YOUNG!
Itulah
tulisan yang aku lihat di depan pintu masuk gedung. Bukan hanya ucapan dari agency
kami, tapi juga dari para fans Ji Young yang sengaja menempelkan bannernya di depan
gedung. Aku tersenyum membaca tulisan di banner ini. Ternyata hari ini dia akan
kembali bekerja lagi.
“Hei!!!”
aku mendengar seseorang berteriak saat aku masuk ke dalam gedung. Aku menoleh
ke arah suara yang berteriak.
“Ji
Young!” Aku tersenyum dan berlari ke arahnya.
“Bagaimana
kabarmu? Mengapa kau tidak menjemputku kemarin di Rumah Sakit?” Ji Young
bertanya padaku. Tapi ia sambil memelukku lagi!
“Hah? Hmm
aku sibuk. Heii.. lepaskan pelukanmu.” Aku mendorong tubuhnya agar melepaskan
pelukannya dariku.
“Ooh… hmm
ya sudah. Aku ke studio dulu. Anyeong!”
Aku
melihat punggung Ji Young yang pergi menghilang dari pandanganku. Senang bisa
melihat dia dapat berlari meskipun hanya larian kecil tanpa di bantu oleh
seseorang lagi.
Aku
berjalan menyusuri setiap ruangan-ruangan dalam gedung. Ketika aku melewati
studio, aku melihat Ji Young sudah beraktivitas lagi. Ia tampak sedang membuat
sebuah musik untuk lagunya. Aku tersenyum sendiri melihat hal itu.
“Chae,
sedang apa kamu disini?” Sandara unnie mengagetkanku.
“Unnie!
Kau sungguh mengagetkanku.”
“Hahaha!
Lagian kamu sedang apa berdiri di depan studio? Ayo cepat, kita terlambat untuk
latihan dance.” Sandara unnie menarik tanganku.
Kami berjalan hingga sampai di ruang
latihan dance.
“Darimana
saja kalian?” Bom unnie bertanya dengan sedikit cemas.
“Maaf
unnie. Kami baru dari melihat-lihat studio.” Sandara unnie melirikku sambil
tersenyum. Sepertinya ia menyindirku. Dasar Sandara unnie!
“Ya sudah,
ayo kita berlatih.” Sejak minggu lalu, Bom unnie yang memimpin kami berlatih
dance. Memang sudah seharusnya, karena Bom unnie adalah leader kami. Bom unnie
akhir-akhir ini berlatih cukup ekstra untuk dirinya dan juga dalam melatih kami
menciptakan gerakan tarian dari single debut kami.
Sudah 2
jam kami berlatih koreografi dance yang Bom unnie ajarkan. Aku sudah tidak
sanggup lagi.
“Unnie,
istirahat sebentar ya? Aku belum makan unnie. Jebaaalllll” kali ini aku yang
merengek seperti Minzy saat ia sedang lapar.
“Hmmm.. ya
sudah. Kita istirahat sebentar. Tapi hanya 30 menit. Setelah itu kembali
kesini.”
“Unnie
tidak ikut makan bersama kami?” Minzy bertanya.
“Unnie
masih harus berlatih sedikit lagi. Kalian duluan saja, nanti unnie menyusul.”
Kali ini kami bertiga yang pergi makan tanpa Bom unnie.
Kami
langsung menuju kantin dan mengantri untuk memesan makanan.
“Kasihan
Bom unnie. Dia bekerja terlalu keras akhir-akhir ini.” kata Sandara unnie.
“Iya. Aku
juga merasa kasihan pada Bom unnie. Ia bekerja terlalu keras untuk kita. Aku
bangga memiliki leader sepertinya.” Aku menambahkan.
Tidak
lama, makanan yang kami pesan datang.
Biip~
Biip~
Handphoneku berbunyi tanda ada sms masuk saat aku sedang bersiap-siap
menyantap makananku.
Aku membuka
sms yang ternyata dari Ji Young.
Yaa~
datanglah ke ruang latihan sekarang. Kutunggu.
Begitu isi
sms dari Ji Young. Untuk apa dia menyuruku ke ruang latihan? Apa ada sesuatu
yang penting? Atau dia cedera lagi?!
Aku segera
meninggalkan Sandara unnie dan Minzy di kantin. Aku bergegas ke ruang latihan.
“Gwaenchana?”
“ Ye,
gwaenchana.”
“Untunglah. Aku pikir kau kenapa-napa. Sini biar kubantu kau berdiri.”
Aku
mendengar percakapan seorang wanita dan pria di ruang latihan pada saat aku
hendak masuk ke dalam. Aku menghentikan langkahku. Jangan-jangan!
Yahh..
tebakanku benar. Aku melihat Ji Young sedang memapah Bom unnie yang sepertinya
cedera di kakinya. Sepertinya tebakanku selama ini benar. Orang yang sering
menelpon Bom unnie itu adalah Ji Young! Aku tidak tahu mengapa tapi… hatiku
seperti merasa sedikit risih dengan pemandangan di depanku ini. Aku seperti …
ah! Sudahlah.
“Bom
unnie! Ji Young, apa yang terjadi?” aku segera masuk dan bertanya pada Ji Young
seakan aku tidak mengetahui apa-apa.
“Chaelin-ssi. Untung kau datang. Ini, dia cedera saat sedang latihan tadi.
Kau bantulah dia bawa ke mobilku. Kita ke Rumah Sakit.”
Aku tidak
mengerti, kenapa banyak orang yang mengalami cedera akhir-akhir ini.
“Baiklah,
sini ku bantu kau unnie.”
“Tapi
bagaimana dengan Sandara dan Minzy? Tolong beritahukan mereka agar jangan cemas
dengan kondisiku. Lagian ini hanya cedera ringan.” Kata Bom unnie.
“ Nanti
aku yang beritahu mereka. Chaelin-ssi, kau bawalah unniemu ke mobilku.”
Aku
melihat kekhawatiran di mata Ji Young. Sepertinya ia benar-benar khawatir pada
Bom unnie.
Aku segera
membawa unnie ke mobil Ji Young. Tidak lama setelah itu, Ji Young datang
bersama dengan Sandara unnie dan juga Minzy. Kami semua bergegas pergi ke Rumah
Sakit bersama-sama.
****
“Kaki anda
mengalami cedera ringan akibat latihan yang terlalu dipaksakan. Beristirahatlah
dalam seminggu ini. Jangan lakukan latihan yang berat dulu, setelah itu
datanglah kembali kesini untuk kita lihat perkembangannya lagi.” Dokter
menjelaskan panjang lebar setelah memeriksa kondisi Bom unnie.
“Chaelin ,
aku mungkin tidak bisa bersama kalian seminggu ini. aku mohon, gantikan
posisiku sebagai leader. “ aku kaget mendengar perkataan Bom unnie.
“Unnie apa
kau serius? Aku tidak pantas menjadi leader unnie.”
“Kau
pantas Chae. Kau memiliki bakat dalam segala bidang, dan aku percaya hal itu.
Bagaiman Sandara? Minzy? Apa kalian setuju jika Chaelin yang menggantikan
posisiku sementara menjadi leader?” Sandara unnie dan Minzy mengangguk setuju.
Aku melihat Ji Young yang juga mengangguk padaku.
“Baik
unnie. Aku akan menggantikanmu sementara waktu.”
Dan
begitulah akhirnya aku menjadi leader menggantikan Bom unnie yang absen dari
latihan dance selama seminggu kedepan ini. Kali ini akulah yang harus bekerja
ekstra menciptakan koreografi baru.
****
5 hari
berlalu sejak aku menggantikan posisi Bom unnie. Kini aku dapat merasakan
sulitnya menjadi seorang leader. Saat kami sedang berlatih vocal, tiba-tiba
Tuan Yang datang melihat latihan kami.
“Kalian jauh lebih berkembang dari
sebelumnya. Bom-ssi, bagaimana kakimu?” Tuan Yang melihat kaki Bom unnie yang
masih di perban.
“Sudah
lebih baik dari kemarin.” Jawab Bom unnie.
“Hmm..
kalian tidak bisa melanjutkan kegiatan dengan leader yang sedang cedera seperti
ini. aku tidak ingin kesehatan Bom terganggu, dan kegiatan kalian juga
terganggu. Aku sudah memutuskan untuk memberi gelar leader tetap pada Chaelin,
karena aku dengar bahwa kau yang menjadi leader sementara saat Bom sedang
cedera kan?” semua orang kini menatapku. Sekilas aku melihat mata Bom unnie
yang berkaca-kaca, tapi ia masih sempat tersenyum padaku. Aku tidak tega
padanya.
“Y.. Ya.”
Dengan berat hati aku menjawab
pertanyaan Tuan Yang.
“Kalau
begitu mulai sekarang kau yang akan menjadi leader tetap bagi kelompok kalian.
Chukkae. “ Tuan Yang tersenyum dan meninggalkan kami. Aku masih belum percaya
pada apa yang kudengar. Kami semua terdiam. Entah harus senang atau sedih,
bahagia atau menangis, aku sungguh tidak tahu.
Leave Your Comment + Like Please ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar