PART 13.
Aku pulang
ke dorm saat waktu sudah menunjukkan pukul 16.30. Hari ini banyak hal yang
sudah ku lakukan di Rumah Sakit bersama Ji Young. Aku membantunya agar dapat
berjalan lagi, menyuapinya makan, berbicara mengenai banyak hal dan akhirnya
aku harus pulang karena Young Bae oppa dan member BIGBANG yang lain sudah
datang menemani Ji Young. Hari yang sangat panjang.
“Unnie
darimana saja? Hari ini kan kita memiliki waktu free, tapi kau malah tidak
menemaniku.” Aku langsung disambut oleh pertanyaan Minzy.
“Aku
pergi menjenguk Ji Young oppa. Sebenarnya aku bersama Bom unnie, tapi ia harus
pergi setelah menerima telepon dari seseorang.” Jawabku.
“Kebetulan, karna Bom unnie baru saja pergi tadi.” Sandara unnie yang
sedang membaca majalah melihat ke arahku.
“Hah?
Pergi lagi? “
“Ye,
unnie. Sama seperti yang kau ceritakan. Bom unnie bilang mau pergi pada kami
setelah ia menerima telepon. Menurutmu apakah Bom unnie sudah memiliki namja
chingu?” Minzy bertanya penasaran.
Tidak
salah lagi! Pasti Bom unnie sudah memiliki namja chingu. Akhir-akhir ini ia
sangat sering menerima telepon dari seseorang.
“Mollayeo.. tapi jika benar, aku turut bahagia.” Aku langsung masuk
menuju kamar.
****
Sudah
seminggu sejak aku tidak menjenguk Ji Young di rumah sakit lagi. Minggu ini
merupakan minggu yang paling sibuk bagi kami. Kami harus berlatih tanpa
mengenal lelah dan waktu. Tinggal 4 bulan tersisa bagi kami. Ya, 4 bulan lagi
menuju tahun baru. Tuan Yang menjadwalkan debut kami pada awal tahun. Ini
artinya waktu kami untuk latihan semakin di perketat.
“Fighting
Chaelin-ssi! “ Young Bae oppa mengagetkanku yang sedang berbaring sendirian di
lantai ruang latihan. Ia ikut berbaring disampingku sehingga membuat jantungku
berdegup kencang. Aku masih menyukainya. Dan akan terus menyukainya.
“Ini
untukmu, agar kau tidak lelah lagi.” Ia menyodorkan sebatang cokelat padaku.
Kebetulan juga itu adalah cokelat kesukaanku!
“Waaahh
kamsahamnida oppa!” aku tersenyum lebar padanya.
“Kau
sangat berkeringat.” Young Bae oppa menatapku dan ia mengusap keningku! Ia
merapikan rambutku yang berantakan karena keringat.
“Sudah
lebih baik sekarang.” Ia tersenyum menatapku. Jujur aku tidak tahu ekspresi wajahku
sekarang seperti apa. Yang aku tahu aku sedang menatapnya, dengan wajah kaget
dan pipi yang merona.
“Kau tidak
ingin menjenguk Ji Young hari ini? kami semua akan menjenguknya hari ini.”
……
“Chaelin-ssi? Apa kau tidak apa-apa?”
“Ahh! Ehh..
ahh ye, ye, oppa. Gwaenchana.” Aku tersadar dari lamunanku.
“Jadi
bagaimana? Kau mau ikut?”
“Hah?
Hmm.. iaa oppa, aku ikut.”
****
“Kwon Ji
Young! Wassup boy?!” Daesung oppa memberikan high five pada Ji Young.
“Aku
baik-baik saja. Bagaimana dengan kalian? Kemarin aku melihat perform kalian di
TV. Waaahh kalian tampak luar biasa tanpa aku.”
“Jadi kau
ingin kami melakukan pertunjukkan tanpamu terus? Yaa! Jangan melarikan diri
dari tanggung jawabmu sebagai leader. Kau pikir aku bisa menjadi leader yang
hebat sepertimu?” Seung Hyun oppa tertawa.
“Jadi
cepatlah sembuh, dan bergabung kembali dengan kami. Penggemarmu sangat
merindukanmu.” Daesung oppa menambahkan sambil tersenyum.
Mereka
benar-benar terlihat kompak. Aku juga ingin membangun tim yang hebat seperti
mereka bersama dengan memberku yang lainnya.
Kriiiiiing~ Kriiiiiing~
Handphone
Ji Young berbunyi di tengah-tengah percakapan mereka.
“Yeoboseyo? …..”
Ji Young
terus berbicara dengan seseorang di telepon. Aku memperhatikan ada yang berbeda
dengan handphonenya. Setelah aku perhatikan, aku baru menyadari bahwa ia
menambahkan aksesoris gantungan di handphonenya. Gantungan itu berbentuk sebuah
huruf hangul yang berarti LUCKY. Aku seperti pernah melihat gantungan handphone
seperti itu. Tapi dimana ya? Hmm sudah, lupakan.
“Waaahh
ternyata kau juga suka memasang aksesoris seperti itu di handphonemu yah.” Aku
menggoda Ji Young setelah ia selesai menerima telepon.
“Hah? Ohh
ini? seseorang yang memberikannya padaku.” Kata Ji Young. Seseorang?? Mungkinkah…?
Aaahh aku terlalu banyak menerka-nerka.
****
“Aku
pulang!!!” aku berteriak ketika aku sampai di dorm. Aku membawa beberapa
makanan dalam perjalananku pulang ke dorm, ada samgyeopsal, tteokbokki,
hotteok, dan tidak ketinggalan ada soju!
“ Uaaaah
unnie sudah pulang!! Apa yang kau bawa unnie?!” Minzy malah melihat ke
bungkusan yang aku pegang.
“Yaa yaa
yaa! Pikiranmu tidak pernah lepas dari makanan.”
“Hehehe..
aku lapar unnie. Kami belum sempat membeli makanan diluar.” Minzy langsung
mengambil bungkusan yang aku bawa dan menyiapkannya untuk makan malam kami.
“Minzy-ya~, kemana Sandara dan Bom unnie?”
“Mereka
sedang di kamar unnie. “
Aku
segera pergi ke kamar.
“Unnieeeee!!” aku berteriak pada Sandara dan Bom unnie. Inilah caraku
menggoda mereka.
“Chaelin-aa~ berhenti berteriak. Telinga unnie sakit!” hahahah aku hanya
tertawa melihat ekspresi kaget mereka.
“Ayo
keluar, aku membeli beberapa makanan saat pulang tadi.”
Aku
mengajak mereka keluar untuk menikmati makan malam bersama. Aku menuju lemari
untuk mengganti bajuku dulu, tapi mataku langsung tertuju pada handphone milik
Bom unnie yang berada di atas meja. Aku melihat sebuah gantungan yang persis
sama dengan milik Ji Young! Bahkan tulisannya pun mirip!
“Unnie,
dimana kau membeli gantungan handphonemu? Terlihat bagus.” Aku mencoba untuk
memastikan sekali lagi, apakah yang ada di dalam pikiranku adalah sebuah
kesalahan atau tidak.
“Oh ini,
sudah lama unnie membelinya. Sejak seminggu yang lalu. Wae? Apa kau tidak
melihatnya selama ini? “
Seminggu
yang lalu? Bom unnie yang membelinya? Dan tadi Ji Young berkata bahwa seseorang
memberikannya gantungan itu. Apa ini hanya kebetulan saja atau..?? aah!
Sudahlah. Aku tidak ingin memikirkannya.
****
Tak
terasa hari sudah sore lagi. Sejak pagi kami merekam lagu pertama kami. Lagu
ini yang akan menjadi single debut kami. Aku sudah lelah sekali.
“Ayo kita
pulang.” Sandara unnie memulai pembicaraan.
“Aku ingin
pulang, tapi aku harus menjenguk Ji Young oppa. Aku sudah berjanji padanya
kemarin untuk melatihnya berjalan.” Ya, aku sudah berjanji, dan aku harus
menepatinya.
“Waahh kau
semakin akrab saja dengan Ji Young. Hehehe” Sandara unnie menggodaku.
“Aahh
unnie! Aku hanya ingin membantunya saja kok, tidak lebih. Lagian aku tidak
menyukainya.”
“Lalu kau
menyukai siapa kalau begitu?” Sandara unnie bertanya lagi.
“Sudah
lupakan saja unnie. Aku pergi dulu. Anyeong!!” aku segera pergi sebelum Sandara
unnie semakin memberikan banyak pertanyaan lagi.
Aku pergi
ke Rumah Sakit dengan membawa keranjang buah lagi dan juga seikat bunga. Aku
melihat bunga di ruangan Ji Young sudah layu, jadi aku akan menggantinya.
Beberapa menit perjalanan ke Rumah Sakit, akhirnya aku sampai juga.
“Anyeong!!
“ aku menyapa Ji Young yang sedang menulis sesuatu.
“Ohh..
anyeong. Apa yang kau bawa?”
“ Ini, dan
ini.” aku mengangkat keranjang buah dan
bunga yang ku bawa.
“Apa yang
sedang kau tulis?” aku bertanya sambil mengganti ulang bunga yang layu dengan
bunga yang ku bawa.
“Oh..
ini.. hanya lirik lagu. Aku bosan berada disini tanpa melakukan sesuatu, jadi
aku hanya menulis daritadi.”
“Coba
kulihat?” aku mendekati Ji Young untuk melihat lirik yang ia tulis, tapi ia
buru-buru menutupnya.
“Masih
belum selesai. Aku belum mau menunjukkannya.”
“Tapi kan
aku hanya ingin lihat.” Aku mendekatinya lagi, tapi ia tetap tidak mau
memperlihatkannya padaku.
“Ya sudah
kalau tidak mau menunjukkannya. Ayo kita ke taman. Aku akan menepati janjiku
padamu.”
Aku
membawanya ke taman dengan kursi roda. Sesampainya di taman, aku menopang Ji
Young dan membuat ia menggerakkan kakinya perlahan-lahan. Kata dokter,
penyembuhannya bisa lebih cepat jika selalu diberikan latihan-latihan kecil
seperti ini. Terkadang aku melihat wajahnya yang meringis menahan sakit di
kakinya. Aku merasa kasihan, tapi jika tidak seperti ini, dia tidak akan bisa
sembuh lebih cepat.
“Kau mau
kita berhenti dulu?” aku bertanya pada Ji Young dengan sedikit cemas.
“Tidak.
Lanjutkan. Aku ingin cepat keluar dari rumah sakit.” Ia menatapku, meringis
dengan sedikit tersenyum. Baru kali ini aku melihat wajahnya begitu dekat. Dia
terlihat manis juga jika tersenyum. Ahhh! Hentikan pikiran ini!
“Baiklah!
Gajaaaa!!! Kita kalahkan sakitmu ini!” aku menatapnya dengan tersenyum.
Aku terus
melatihnya berjalan. Sedikit demi sedikit aku melepaskan peganganku dan
membirkan dia berjalan sendiri. Meskipun masih tersendat-sendat, tapi aku
melihat semangat dimatanya.
“Apa kau
kesakitan?” aku bertanya pada Ji Young saat kita duduk di tengah-tengah taman.
Ji Young
hanya menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
“Bejanjilah bahwa kau akan terus menemaniku berlatih hingga aku sembuh.”
Ji Young menatapku sambil tersenyum. Aku melihat wajahnya lebih lama. Di
hadapanku kini terlihat sosok Ji Young yang berbeda. Bukan Ji Young yang
dingin, cuek dan menyebalkan. Apa aku sudah gila? Tapi… dia sangat manis.
“ Ya, aku
berjanji.” Begitu kataku padanya.
****
Sebulan
berlalu. Banyak kegiatan yang sudah dijadwalkan untuk debut kami, tapi aku
masih menyempatkan waktuku untuk melatih Ji Young. Ya, aku hanya orang yang
tidak suka mengingkari janjiku.
“Bersiaplah, hari ini aku akan memperkenalkan kalian pada publik.” kata
Tuan Yang mengakhiri pertemuan kami dengannya.
Apa?! Hari
ini kami semua akan muncul di depan publik untuk pertama kalinya?! Waaah aku
sangat bersemangat!
Press
Confrence yang di jadwalkan bagi kami dimulai pukul 11 siang ini. kami
mempersiapkan penampilan kami sebaik mungkin.
Kriiiing~
Kriiiiing~
Seperti
biasa, handphone Bom unnie berbunyi saat Make Up Artist sedang mendandani kami.
“Yeoboseyo? Ne? hehehe.. gomawo.. hmmm.. aku juga.. merindukanmu. ne.. anyeong.” Hmm..mungkinkah yang menelpon
Bom unnie itu.. Ji Young? Ahh sudahlah!
Kami
semua selesai bersiap. Dengan gugup, kami memasuki van yang akan mengantar kami
ke lokasi Press Confrence.
“Jangan
nerveous. Meskipun ini Press Confrence pertama kita, tapi lakukan lah yang
terbaik.” Kata Bom unnie yang sudah resmi menjadi leader kami. Dia memang
leader yang penuh perhatian.
Mobil van
kami melaju dengan cepat, sehingga tak terasa kami sudah sampai di lokasi Press
Confrence. Sudah banyak wartawan yang menunggu kedatangan kami. Ada juga CEO kami,
Tuan Yang.
Sejam
berlalu, banyak pertanyaan dari wartawan yang sudah di tanyakan pada kami.
“Nona
Chaelin-ssi, siapa saja orang-orang yang selama ini selalu memberikan dukungan
padamu?” Aku sedikit kaget saat ada seorang wartawan yang mengajukan
pertanyaannya padaku.
“Hmm…
orang-orang yang selama ini selalu mendukungku tentu saja keluarga dan
sahabatku, juga member-memberku yang luar biasa. Namun selain dari pada mereka,
ada juga orang-orang yang mendukungku secara tidak langsung. Dari mereka, aku
belajar untuk terus mempertahankan ambisiku dalam bemusik, dari mereka, aku
belajar untuk menghargai persahabatan dan kebersamaan yang aku miliki dengan
member-memberku, dari mereka… aku belajar untuk tidak mudah menyerah akan
sesuatu yang menjadi impianku. Dan dari mereka juga… aku belajar untuk tetap
tersenyum dalam segala hal yang aku lalui.” Aku mengakhiri ucapanku dengan
sebuah senyuman. Semua memberku juga ikut tersenyum bahagia. Kami melakukannya
dengan baik hari ini.
****
Aku
berlari ke ruangan Ji Young. Aku pikir aku terlambat hari ini. Hari ini adalah
hari besar bagi Ji Young. Ia akan melakukan pemeriksaan di kakinya untuk
mengetahui apakah perawatan dan latihan yang selama ini ia lakukan berhasil
atau tidak.
“Ji
Young-aa~” aku tersenyum saat mendapati dia bersama seorang suster yang akan
membawanya ke ruangan dokter. Nafasku masih terengah-engah.
“Kau
sedikit terlambat hari ini Chaelin-ssi..”
“Mianhae..
tadi aku..”
“Ya, aku tahu. Aku melihatmu di TV tadi.” Ji
Young tersenyum padaku.
Kami
bersama-sama menuju ruang dokter. Aku juga ikut merasa gugup. Bagaimana
hasilnya? Apakah usaha kita selama ini akan berhasil? Apa Ji Young sudah bisa
pulang kerumah? Apa ia sudah bisa beraktivitas lagi? Banyak pertanyaan yang
terlintas di kepalaku.
Kami tiba
di ruangan dokter. Dokter menyambut kami dengan senyumnya yang ramah.
“Baik,
mari kita mulai yah.” Dokter itu lalu melakukan X-Ray pada kaki Ji Young. Kami
menunggu beberapa menit hingga hasilnya keluar. Dokter melihat dengan sedikit
mengerutkan dahinya. Ia menatap hasil X-Ray itu dengan cukup seksama. Aku harap
bukan kabar buruk yang kami dapatkan.
“Tuan Ji
Young.. hmm… saya sangat heran dan terkejut pada perubahan pada tulang kaki
anda. Biasanya para pasien seperti anda, pengobatan yang paling cepat adalah 3
atau 4 bulan, tapi anda melakukannya hanya dalam waktu 1 bulan lebih saja! Luar
biasa!” dokter itu tersenyum pada kami.
Ji Young
menatapku dan kami berdua saling tersenyum bahagia mendengar hasilnya.
“Besok
anda sudah bisa pulang. Tapi ingat, meskipun sudah sembuh, tapi tulang anda
masih rentan pada aktvitas berat, jadi jangan dulu melakukan aktivitas berat
seperti berolahraga ataupun yang lainnya. Anda tetap harus beristirahat dulu
dari aktivitas seperti itu.”
“Baik dok,
saya akan memperhatikan aktivitas saya. Kamsahamnida.” Wajah Ji Young terlihat
begitu bahagia.
Kami
kembali keruangan Ji Young. Sejenak kami saling terdiam tidak percaya dengan
apa yang kami dengar tadi.
“Gomawo,
jinjja jinjja gomawo Chaelin-ssi~ aku benar-benar bahagia hari ini.” aku
membeku. Aku tidak dapat menggerakan badanku apalagi untuk berbicara ketika Ji
Young secara tiba-tiba memeluk tubuhku.
“Jika
bukan karena kamu, aku pasti masih melewatkan hari-hariku di rumah sakit.” Ji
Young melepaskan pelukannya dan menatapku dengan senyuman.
“Aku…” Ji
Young tidak melanjutkan perkataannya. Ia semakin mendekatkan wajahnya padaku.
Bibirnya semakin mendekati bibirku! Ya Tuhan, apa yang akan dia lakukan?! Aku
memejamkan mataku dengan erat.
Leave Your Comment + Like Please ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar