Jumat, 21 November 2014

FF : " SENDING MY LOVE FROM HERE " Part. 12





PART 12.
    Aku berada di sebuah supermarket bersama Bom unnie. Hari ini kami ingin pergi mengunjungi Ji Young di Rumah Sakit, jadi kami memutuskan untuk membeli beberapa buah yang akan di bawa.
 Kriiing~ Kriiiiing~
    Handphone Bom unnie berbunyi lagi.
    “Chamkkanman..” Bom unnie menerima panggilan di handphonenya dan berjalan menjauhiku. Waaahh Bom unnie sangat diperhatikan sepertinya oleh “namja chingu”nya itu.
     Setelah beberapa menit menerima telepon, Bom unnie kembali menemuiku.
    “Chaelin-ssi… hari ini sepertinya aku tidak bisa menemanimu. Kau pergilah sendiri. Tidak apa-apa kan?
    “Tapi kenapa unnie? Ada apa?” tanyaku.
    “Hmm.. aku memiliki sedikit urusan. Tidak apa-apa kan? Mianhae. Ini, kau bayar buah itu dengan uang unnie saja.” Bom unnie memberikan uangnya padaku dan langsung bergegas pergi. Jangan-jangan ia ingin berkencan! Itu pikirku dalam hati.
     Aku akhirnya pergi sendiri menjenguk Ji Young. Aku menggenggam sekeranjang buah yang sudah aku beli tadi.
    “Anyeong.” Sapaku pada Ji Young saat aku tiba di ruangannya. Seperti biasa, Ji Young hanya  terdiam. Hari ini belum ada orang yang menjenguknya karena masih pagi.
    “Apa kau sudah makan ? “ aku bertanya padanya dan di jawab dengan gelengan kepalanya. Aku tidak tahu, tapi aku sepertinya sudah benar-benar lupa akan kebencianku padanya. Bahkan dengan tingkahnya yang masih dingin seperti ini, tidak membuatku kesal.
    “ Apa kau ingin makan buah? Buah apa yang kau suka? Katakan, biar aku berikan padamu.”
    Ji Young masih terdiam.
    “Kau suka yang mana? Ada apel, jeruk, ang..”
    “Geumanhae. Apa kau tidak mengerti apa yang kurasakan saat ini? orang sepertimu memang tidak akan pernah mengerti.” Akhirnya dia mengatakan sesuatu juga. Tapi aku tetap tidak mempedulikannya,
     “ Katakan apa yang ingin kau makan. Atau biar ku potong semuanya saja agar kau dapat..”
     “Geumanhae!!! Sudahlah! Berhenti peduli padaku! Kau tidak tahu apa yang aku alami! Dokter bilang bahwa aku harus menghentikan aktivitasku selama 6 bulan kedepan. Kau tahu?! Pekerjaanku adalah hidupku! Music adalah hidupku! Bagaimana jika aku tidak dapat melakukan semuanya itu lagi?! Kau tidak akan pernah mengerti..”
     “Aku mengerti perasaanmu!” aku balas meneriaki Ji Young.
    “Kau lihat ini.” aku menunjukkan bekas jahitan di bahu kiriku yang selama ini tertutupi dengan bajuku.
    “Aku juga pernah mengalami hal yang sama sepertimu, jadi jangan berkata bahwa aku tidak pernah mengerti perasaanmu! Dokter mengatakan padaku bahwa aku bahkan mungkin tidak akan pernah bisa menari dan berlatih selamanya! Tapi aku yakin pada diriku. Aku yakin bahwa aku bisa. Itu sebabnya aku bisa menjadi aku yang sekarang. Kondisimu belum ada apa-apanya dengan kondisiku, jadi berhenti mengatakan hal bodoh seperti itu jika kau masih memiliki banyak kesempatan untuk sembuh babo-ya~!! “
    Ji Young hanya terdiam dan menatapku. Air mata mengalir dan membasahi kedua pipiku. Aku meluapkan perasaanku dan mengungkit lagi kenangan pahit yang tidak pernah aku ceritakan pada siapapun.
    “Yaa yaa yaa, u.. uljima.. aku tidak suka melihat wanita menangis.” Ji Young memalingkan wajahnya ke arah jendela sambil sesekali melihat ke arahku . Aku menyeka air mataku dengan cepat.
    “Apa yang ingin kau makan?” aku memulai pembicaraan lagi.
    “Be.. berikan aku apel saja” Ji Young menunjuk buah apel di keranjang buah yang aku bawa. Ia tampak terbata-bata berbicara denganku. Mungkin ia masih kaget dengan pengakuanku tadi. Atau mungkin ia tidak enak kepadaku? Haaahh dasar babo!
     Aku memotong buah apel dan memberikannya pada Ji Young. Sejujurnya aku menyuapinya. Kami masih terdiam satu sama lain. Aku bahkan masih tidak percaya bahwa aku bisa bersama-sama dengannya disini, menyuapinya dan mengungkapkan rahasiaku padanya. Aku pasti sudah gila.
    Kriiiing~ Kriiiiing~
    Handphone Ji Young yang berada di atas meja berbunyi. Aku mengambilnya dan memberikannya pada Ji Young.
    “Yeoboseyo? Aahh.. ne.. jigeum odiya? Hmm.. aku? Lumayan.. hmm.. nanti kutelepon lagi. Ne.. anyeong.” Mendengar percakapan Ji Young ini aku  jadi teringat pada kebiasaan Bom unnie yang sering di telepon oleh seseorang yang aku pikir adalah namja chingunya akhir-akhir ini. waaahhh lucu juga.
    “Apa kau ingin berjalan-jalan sebentar di taman? Sudah beberapa hari kau dirawat tapi kau bahkan belum merasakan udara segar.”
    “Shireo. Aku bahkan tidak dapat berjalan dengan baik sekarang tapi kau sudah..”
    “Yaa babo-ya~! Siapa yang menyuruhmu berjalan dengan kakimu? Kau lihat itu.” Aku menunjuk kursi roda yang berada di ujung ruangan.
    “Yaa Yaa Yaa! Berhenti memanggilku babo! Semakin kubiarkan, kau semakin sering memanggilku babo.” Aku hanya menertawakannya yang membuat dia semakin terlihat kesal. Tapi aku malah lucu melihat ekspresi wajahnya.
****
    “Mengapa kau suka music?” aku memulai pembicaraanku dengan Ji Young saat aku menemaninya di taman.
     “Kau bertanya hal itu sama seperti kau menanyakanku mengapa aku harus bernafas. Mengapa aku harus hidup. Music seperti hidupku sendiri.”
    “Apa tidak ada hal lain selain music?” aku bertanya lagi.
    “Eobseo.” Ji Young menggeleng.
    “Kau yakin?”
    “Selain music, keluarga dan sahabatku, aku tidak lagi memiliki hal yang berharga dalam hidupku.”
    Sejenak aku berpikir. Apa Ji Young sudah melupakan kekasihnya yang dulu, atau apakah ia masih belum melupakannya sehingga ia bertingkah seperti ini?
    Kami terdiam beberapa saat. Menghirup udara segar dan menikmati pemandangan sekitar taman.
    Kriiiinggg~ Kriiiinggg~
    Handphone Ji Young kembali berbunyi.
    “Yeoboseyo?... Wae? Ah jinjja kau sudah membelikannya?.. hmm gomawo… ne.. aku juga. Datanglah, aku ingin bertemu denganmu.. mmm.. anyeong.” Sebuah senyum kecil terukir di wajah Ji Young.
    “ Mianhae.” Ji Young tiba-tiba mengatakan kata yang sangat tidak mungkin ia katakan padaku. Apa aku salah dengar?
    “Hah? Untuk apa?” aku masih kaget.
    “Yaahh.. karena aku selalu bersikap dingin padamu. Aku bahkan tidak menyangka akan mengatakan hal ini padamu, tapi… kamsahamnida Chaelin-ssi. Sudah membantuku waktu itu.” Ji Young menyodorkan tangannya padaku. Aku menyambutnya sambil tersenyum. Waaaahh aku tidak menyangka bahwa kami akan berakhir dengan baik seperti ini. ^^

Leave Your Comment + Like ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar