PART 12.
Aku berada
di sebuah supermarket bersama Bom unnie. Hari ini kami ingin pergi mengunjungi
Ji Young di Rumah Sakit, jadi kami memutuskan untuk membeli beberapa buah yang
akan di bawa.
Kriiing~
Kriiiiing~
Handphone
Bom unnie berbunyi lagi.
“Chamkkanman..” Bom unnie menerima panggilan di handphonenya dan
berjalan menjauhiku. Waaahh Bom unnie sangat diperhatikan sepertinya oleh
“namja chingu”nya itu.
Setelah
beberapa menit menerima telepon, Bom unnie kembali menemuiku.
“Chaelin-ssi… hari ini sepertinya aku tidak bisa menemanimu. Kau
pergilah sendiri. Tidak apa-apa kan?
“Tapi
kenapa unnie? Ada apa?” tanyaku.
“Hmm.. aku
memiliki sedikit urusan. Tidak apa-apa kan? Mianhae. Ini, kau bayar buah itu
dengan uang unnie saja.” Bom unnie memberikan uangnya padaku dan langsung
bergegas pergi. Jangan-jangan ia ingin berkencan! Itu pikirku dalam hati.
Aku
akhirnya pergi sendiri menjenguk Ji Young. Aku menggenggam sekeranjang buah
yang sudah aku beli tadi.
“Anyeong.”
Sapaku pada Ji Young saat aku tiba di ruangannya. Seperti biasa, Ji Young
hanya terdiam. Hari ini belum ada orang
yang menjenguknya karena masih pagi.
“Apa kau
sudah makan ? “ aku bertanya padanya dan di jawab dengan gelengan kepalanya.
Aku tidak tahu, tapi aku sepertinya sudah benar-benar lupa akan kebencianku
padanya. Bahkan dengan tingkahnya yang masih dingin seperti ini, tidak
membuatku kesal.
“ Apa kau
ingin makan buah? Buah apa yang kau suka? Katakan, biar aku berikan padamu.”
Ji Young
masih terdiam.
“Kau suka
yang mana? Ada apel, jeruk, ang..”
“Geumanhae. Apa kau tidak mengerti apa yang kurasakan saat ini? orang
sepertimu memang tidak akan pernah mengerti.” Akhirnya dia mengatakan sesuatu
juga. Tapi aku tetap tidak mempedulikannya,
“ Katakan
apa yang ingin kau makan. Atau biar ku potong semuanya saja agar kau dapat..”
“Geumanhae!!! Sudahlah! Berhenti peduli padaku! Kau tidak tahu apa yang
aku alami! Dokter bilang bahwa aku harus menghentikan aktivitasku selama 6
bulan kedepan. Kau tahu?! Pekerjaanku adalah hidupku! Music adalah hidupku!
Bagaimana jika aku tidak dapat melakukan semuanya itu lagi?! Kau tidak akan
pernah mengerti..”
“Aku
mengerti perasaanmu!” aku balas meneriaki Ji Young.
“Kau lihat
ini.” aku menunjukkan bekas jahitan di bahu kiriku yang selama ini tertutupi
dengan bajuku.
“Aku juga
pernah mengalami hal yang sama sepertimu, jadi jangan berkata bahwa aku tidak
pernah mengerti perasaanmu! Dokter mengatakan padaku bahwa aku bahkan mungkin
tidak akan pernah bisa menari dan berlatih selamanya! Tapi aku yakin pada
diriku. Aku yakin bahwa aku bisa. Itu sebabnya aku bisa menjadi aku yang
sekarang. Kondisimu belum ada apa-apanya dengan kondisiku, jadi berhenti
mengatakan hal bodoh seperti itu jika kau masih memiliki banyak kesempatan
untuk sembuh babo-ya~!! “
Ji Young
hanya terdiam dan menatapku. Air mata mengalir dan membasahi kedua pipiku. Aku
meluapkan perasaanku dan mengungkit lagi kenangan pahit yang tidak pernah aku
ceritakan pada siapapun.
“Yaa yaa
yaa, u.. uljima.. aku tidak suka melihat wanita menangis.” Ji Young memalingkan
wajahnya ke arah jendela sambil sesekali melihat ke arahku . Aku menyeka air
mataku dengan cepat.
“Apa yang
ingin kau makan?” aku memulai pembicaraan lagi.
“Be..
berikan aku apel saja” Ji Young menunjuk buah apel di keranjang buah yang aku
bawa. Ia tampak terbata-bata berbicara denganku. Mungkin ia masih kaget dengan
pengakuanku tadi. Atau mungkin ia tidak enak kepadaku? Haaahh dasar babo!
Aku
memotong buah apel dan memberikannya pada Ji Young. Sejujurnya aku menyuapinya.
Kami masih terdiam satu sama lain. Aku bahkan masih tidak percaya bahwa aku
bisa bersama-sama dengannya disini, menyuapinya dan mengungkapkan rahasiaku
padanya. Aku pasti sudah gila.
Kriiiing~
Kriiiiing~
Handphone
Ji Young yang berada di atas meja berbunyi. Aku mengambilnya dan memberikannya
pada Ji Young.
“Yeoboseyo? Aahh.. ne.. jigeum odiya? Hmm.. aku? Lumayan.. hmm.. nanti
kutelepon lagi. Ne.. anyeong.” Mendengar percakapan Ji Young ini aku jadi teringat pada kebiasaan Bom unnie yang
sering di telepon oleh seseorang yang aku pikir adalah namja chingunya
akhir-akhir ini. waaahhh lucu juga.
“Apa kau
ingin berjalan-jalan sebentar di taman? Sudah beberapa hari kau dirawat tapi kau
bahkan belum merasakan udara segar.”
“Shireo.
Aku bahkan tidak dapat berjalan dengan baik sekarang tapi kau sudah..”
“Yaa
babo-ya~! Siapa yang menyuruhmu berjalan dengan kakimu? Kau lihat itu.” Aku
menunjuk kursi roda yang berada di ujung ruangan.
“Yaa Yaa
Yaa! Berhenti memanggilku babo! Semakin kubiarkan, kau semakin sering
memanggilku babo.” Aku hanya menertawakannya yang membuat dia semakin terlihat
kesal. Tapi aku malah lucu melihat ekspresi wajahnya.
****
“Mengapa
kau suka music?” aku memulai pembicaraanku dengan Ji Young saat aku menemaninya
di taman.
“Kau
bertanya hal itu sama seperti kau menanyakanku mengapa aku harus bernafas.
Mengapa aku harus hidup. Music seperti hidupku sendiri.”
“Apa tidak
ada hal lain selain music?” aku bertanya lagi.
“Eobseo.”
Ji Young menggeleng.
“Kau
yakin?”
“Selain
music, keluarga dan sahabatku, aku tidak lagi memiliki hal yang berharga dalam
hidupku.”
Sejenak
aku berpikir. Apa Ji Young sudah melupakan kekasihnya yang dulu, atau apakah ia
masih belum melupakannya sehingga ia bertingkah seperti ini?
Kami
terdiam beberapa saat. Menghirup udara segar dan menikmati pemandangan sekitar
taman.
Kriiiinggg~ Kriiiinggg~
Handphone
Ji Young kembali berbunyi.
“Yeoboseyo?... Wae? Ah jinjja kau sudah membelikannya?.. hmm gomawo…
ne.. aku juga. Datanglah, aku ingin bertemu denganmu.. mmm.. anyeong.” Sebuah
senyum kecil terukir di wajah Ji Young.
“
Mianhae.” Ji Young tiba-tiba mengatakan kata yang sangat tidak mungkin ia
katakan padaku. Apa aku salah dengar?
“Hah?
Untuk apa?” aku masih kaget.
“Yaahh..
karena aku selalu bersikap dingin padamu. Aku bahkan tidak menyangka akan
mengatakan hal ini padamu, tapi… kamsahamnida Chaelin-ssi. Sudah membantuku
waktu itu.” Ji Young menyodorkan tangannya padaku. Aku menyambutnya sambil
tersenyum. Waaaahh aku tidak menyangka bahwa kami akan berakhir dengan baik
seperti ini. ^^
Leave Your Comment + Like ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar